1.
PENGRAJIN
ROTAN
Daftar Kota Indonesia Pengrajin
Rotan Berkualitas di Indonesia – Sebagai
salah satu negara yang miliki hutan hujan tropis, tidak mengherankan jika
Indonesia memproduksi banyak sekali rotan khususnya pada Pulau Kalimantan dan
Pulau sulawesi sebagai penghasil rotan alam yang cukup signifikan untuk
perekonomian negara.
Benar, Indonesia menjadi pokok dunia
dalam hal bambu atau rotan. Bayangkan saja, Indonesia menyuplai hingga 85%
kebutuhan rotan Dunia, dan ini bisa menjadi bukti yang kuat betapa
berkembangnya industri rotan, pengrajin rotan yang ada pada Negara Indonesia
ini, sebuah prestasi mengagumkan internasional yang dapat diraih.
Cukup banyak kota yang
mengkontribusi rotan untuk negara yang kemudian diekspor ke negara lain, hal
tersebut pastinya perlu dipertahankan dan terus dikembangkan, ditingkatkan agar
tidak mengalami masa-masa menurunnya produksi hasil kerajinan rotan tersebut.
Caranya juga cukup sederhana yaitu tetap konsisten dan hemat dalam penggunaan
rotan agar tidak kritis bahan nantinya.
- Kota Cirebon
Cirebon adalah salah satu kota yang
berada tepatnya di Jawa Barat yang memiliki banyak sekali potensi usaha yang
terkenal. Salah satu usaha khas yang dimiliki oleh masyarakat kota Cirebon adalah
hasil kerajinannya yang khususnya furniture dan alat lainnya berbahan dasar
rotan. Hasil kerajinan rotan ini sudah terkenal dari era 90’an dan mampu
bersaing dalam pasar dunia karena memang sebuah produk yang unik dan memiliki
kualitas tersendiri.
Kota Cirebon adalah sentra kerajinan
yang merupakan pusat kerajinan rotan terbesar daripada kota lainnya yang
tersebar ke beberapa kecepatan Kota Cirebon dan salah satu yang paling banyak
dikenal orang adalah Kecamatan Weru yang dikhususkan pada Desa Tegalwangi.
Tidak heran, sekarang Tegalwangi menjadi sebuah desa incaran para masyarakat
bahkan orang asing untuk dijadikan sebagai tempat berkunjung dengan 1 tujuan
yaitu melihat atau juga memesan furniture unik tersebut.
- Kota Jepara
Jepara, kota yang lebih sering
dikenal sebagai kota ukir, ternyata Jepara juga memiliki jenis usaha lainnya
yang cukup menjanjikan yaitu adalah Sentra Kerajinan Rotan. Sentra kerajinan
rotan pada Jepara ini berada di Desa Teluk Wetan dan Sidigede Kecamatan Welahan
dimana ditempat itulah anda bisa mendapatkan beragam jenis produk kerajinan
rotan khususnya furniture
sofa kursi rotan yang saat ini menjadi pilihan banyak orang memilih jenis
furniture.
Desa Teluk Wetan menjadi sentra
kerajinan rotan sejak tahun 1970 dimana pada saat itu pemerintah Jepara juga
belum meresmikan Teluk Wetan sebagai daerah kerajinan rotan. 20 tahun berlalu
hingga tahun 1990, akhirnya pemerintah Jepara meresmikan Teluk Wetan sebagai
sentra kerajinan rotan resmi yang menjadikan mulai saat itu, mencapai 90%
pekerjaan masyarakat Desa Teluk Wetan adalah sebagai pengrajin rotan.
Letak Desa Telukwetan memang cukup
jauh dari Pusat Kota Jepara yaitu 38 km sebelah selatannya yang dipit oleh
beberapa Desa lainnya seperti Desa Bandungrejo, Brantak Sekarjati,
Manyargading, Sidigede dan Desa Kalipucang Wetan.
- Kota Sukoharjo
Siapa sangka jika ternyata Kota
Sukoharjo memiliki desa yang ternyata juga memproduksi barang yang berbahan
dasar rotan. Desa tersebut memiliki nama Desa Trangsan yang terkenal dengan
sentra kerajinan rotannya. Sekarang, bahkan desa ini juga dapat merabah menjadi
kampung wisata dimana para pengunjung dapat melihat langsung kerajinan rotan
yang ada disana, melihat proses pembuatan dari awal hingga akhir, atau juga
dapat memesan atau membeli hasil produk disana seperti furniture atau juga
benda-benda lainnya.
2.
PENGRAJIN
BAMBU
a.
Banyuwangi
menggelar
Festival Bambu Gintangan yang berlangsung
selama dua hari, 5-6 Mei.
Festival
ini dimulai dengan kegiatan menganyam bersama yang dilakukan warga Desa
Gintangan di sepanjang jalan desa hari ini, Sabtu (5/5/2018).
Di
festival ini, pengunjung bisa menyaksikan aneka produk kerajinan bambu Desa
Gintangan maupun membelinya.
"Ini
adalah cara Banyuwangi untuk memperkenalkan Gintangan sebagai
destinasi pengarajin bambu. Festival ini juga untuk terus meningkatkan
kemampuan pengrajin bambu di Gintangan agar semakin kreatif dalam menciptakan
desain kerajinan bambu, dan memunculkan bibit-bibit pengrajin muda,” kata
Bupati Banyuwangi,
Abdullah Azwar Anas.
Desa
Gintangan terletak sekitar 20 KM dari Kota Banyuwangi.
Desa
ini telah menjadi sentra kerajinan bambu sejak 1980-an.
Desa
ini sudah memasok kerajinan bambu untuk kebutuhan nasional.
Bahkan,
produk kerajinan bambu ini sudah diekspor ke sejumlah negara, seperti Jerman, Australia, Amerika, India,
Jepang, Brunei Darussalam, dan Thailand.
“Kami
bangga dengan warga Desa Gintangan, karena warganya produktif
menghasilakan produk yang ikut mendukung perekonomian daerah. Kami harap adanya
festival ini bisa terus melestarikan kreativitas dan memunculkan bibit bibit
penerus pengrajin bambu. Kedepan kita akan undang pelatih ahli desain bambu
dari berbagai daerah untuk memberikan pelatihan pada warga agar desain
produknya semakin kaya dan berkualitas,” ujar Anas.
b.
Brajan
Brajan, Desa Wisata yang mendunia
(dok)
SLEMAN (IndoTelko) – Memanfaatkan teknologi
internet, Desa Wisata Brajan yang terkenal dengan kerajinan Bambunya kini makin
mendunia.
Selain kunjungan para wisatawan mancanegara ke
Brajan yang terletak di kawasan Sleman, Yogyakarta, lebih dari 60% hasil
kerajinan bambu ini justru untuk memenuhi permintaan negara-negara tetangga.
Industri rumahan kerajinan Bambu Brajan ini
dimulai pada kisaran tahun 90-an. Tak banyak saat itu yang menjalankan
usaha ini. Salah satunya adalah PrinXmas yang dimiliki Sulisman.
Saat pertama kali berdiri, Sulisman saat itu masih menjabat sebagai kepala desa
di desa itu.
Kerajinan bambu saat itu belum begitu dilirik
oleh masyarakat sekitar. Bahkan tak sedikit yang mencemooh kegiatan ini
yang ternyata justru mampu menghasilkan uang dan bahkan manmbah devisa negara.
“Masyarakat
di desa ini mayoritas pekerjaaanya adalah bertani,” kata Sulaiman ketika
ditemui Tim IndoTelko, belum lama ini
Ia pun bercerita jatuh bangunnya usaha PrinXmas
sebelum mencapai kejayaannya saat ini. “Dulu anak saya yang perempuan
malu untuk ikut menjajakan kerajinan bambu ini. Tapi tetap saya paksa dan
dia pun saya kasih uang sebagai tambahan pendapatan," katanya.
c.
Trenggalek
Kabupaten Trenggalek mencoba membangun citra baru
sebagai daerah pusat kerajinan masyarakat, serta salah satu daerah di Jawa
Timur dengan potensi pariwisata alam yang tidak kalah dibandingkan dengan
daerah lain. Melalui bambu, Trenggalek mulai dikenal sebagai sentra kerajinan
bambu unggulan, hingga mampu menembus pasar ekspor ke luar negeri.
Belasan orang tampak sibuk mengerjakan tugas
mengolah bambu, di sanggar Kerajinan Bambu Indah milik Sukatno, di Desa
Wonoanti, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Trenggalek. Ada yang membuat kursi
panjang, menganyam tempat hantaran makanan, aneka perabot rumah tangga, serta
ada juga yang bertugas memotong bambu, mulai ukuran besar hingga menjadi ukuran
kecil sesuai kebutuhan.
Berawal dari rumah Sukatno inilah, Desa Wonoanti,
Kecamatan Gandusari dikenal sebagai sentra kerajinan bambu. Pengrajin bambu
sekaligus pemilik Rumah Kerajinan Bambu Indah, Sukatno menuturkan, kecintaannya
pada bambu berawal pada tahun 1991, hingga menjadikannya mampu memproduksi aneka
kerajinan bambu bersama beberapa warga sekitar.
Ketekunan dan semangat belajar Sukatno inilah
yang akhirnya mengantarkan nama Kabupaten Trenggalek sampai ke luar negeri,
seperti Brunei Darussalam dan Korea Selatan yang rutin menerima kiriman
kerajinan bambu dari Trenggalek. Kualitas dan desain yang baik, menjadi daya
tarik produk bambu Trenggalek di pasar luar negeri.
3. PENGRAJIN
KAYU
a. JEPARA
Kabupaten Jepara terkenal dengan ukiran kayu para
pengrajinnya. Ukiran ini mereka namakan dengan istilah ukiran Jeporonan,
yang bermakna ukiran dan meubel dari Jepara. Namun tahukah Anda
kemahiran pengrajin Jepara ini konon berhubungan dengan sebuah cerita legenda
yang menyertainya.
Alkisah, hiduplah seorang seniman bernama Ki Sungging
Adi Luwih yang cukup terkenal. Suatu hari, keahliaan sang seniman akhirnya
terdengar oleh seorang Raja. Sang seniman diundang oleh raja untuk menggambar
sang permaisuri, hingga akhirnya Ki Sungging Adi Luwih menyanggupinya.
Sentra
Kerajinan Ukiran Kayu (3), Jepara, Jawa Tengah, Indonesia
Dengan cekatan dan keahlian lukisannya Ki Sunggih berhasil
menyelesaikan lukisannya sehingga gambar permaisuri sangat mirip dengan yang
asli. Hanya saja ada kekeliruan yang berujung pada keputusan Raja untuk
menghukum Sungging dengan hukuman yang lebih berat lagi. Pada saat melukis
sang permasiusri, ternyata Ki Sungging tidak menyadari saat sedang asyik menggambar
rambut, ada satu tetes cat hitamnya yang terjatuh. Yang membuat heboh, jatuhnya
tetesan cat itu memercik tepat di pangkal paha gambar permaisuri yang
tampak seperti tahi lalat.
Mengetahui lukisan tersebut, sang Raja murka karena mengira
Ki Sungging telah melihat permaisuri telanjang. Sang raja akhirnya menghukum Ki
Sungging untuk membuat patung permaisuri di atas langit atau di udara. Kalau
sebelumnya dia hanya melukis, sekarang dihukum dengan yang lebih berat, yakni
membuat patung dengan gambar sang permaisuri lagi.
Sentra
Kerajinan Ukiran Kayu (4), Jepara, Jawa Tengah, Indonesia
Ki Sungging pun akhirnya menyanggupi permintaan Raja dan
dengan dibantu kesaktian Ki Sungging, ia bisa terbang dengan dibantu
layang-layang dan membuat patung di udara. Namun, malang tak dapat
dihindari, ketika patung masih setengah jadi, tiba-tiba angin bertiup kencang.
Ki Sungging yang terus berkonsentrasi tidak mampu mengendalikan layang-layang
yang dikendarai hingga akhirya terlempar bersama patung dan alat pahatnya.
Konon, dari sini patung setengah jadi tersebut terlempar
hingga pulau Bali, dan selanjutnya patung tersebut ditemukan masyarakat Bali.
Hingga sekarang, masyarakat Bali tersebut dikenal juga sebagai ahli membuat
patung. Sementara alat pahat yang digunakan Ki Sungging terlempar hingga jatuh
di belakang gunung di kawasan Jepara. Dari balik kawasan gunung inilah,
menurut cerita legenda, seni ukir Jepara mulai berkembang dan terus maju hingga
populer seperti sekarang ini.
b. Bali
Desa Di Bali yang terkenal dengan Kerajinan dan Seninya
Desa Celuk
Citra yang paling menonjol
tentang desa Celuk adalah sebuah desa obyek wisata kerajinan emas perak. Desa
yang terletak di Kecamatan Sukawati, dengan lokasi desa yang sangat strategis
sekitar 10 km ke arah timur laut dari Denpasar, desa Celuk berada dalam
jaringan desa- desa pengerajin yaitu desa Batubulan, desa Batuan, desa Mas.
Hasil kerajinan emas dan perak yanag dihasilkan di desa Celuk memiliki kualitas yang bermutu tinggi serta mampu memproduksi dalam kuantitas yang besar. Hampir semua keluarga dan penduduk desa Celuk terampil dan seni dalam mengembangkan kreasi desain dan variasi terkait dengan kerajinan emas dan perak dimana hasil produksinya telah memasuki pasar lokal, nasional dan international. Beragam jenis kreasi dan variasi perhiasan, baik sebagai cendramata maupun komoditi ekspor diproduksi di desa ini seperti cincin, gelang, kalung, anting-anting, giwang, bross dan berbagai jenis perhiasan lainnya.
Sebagai desa obyek wisata, Celuk dapat dikunjungi setiap hari untuk melihat dari dekat para seniman yang sedang berkreasi membuat perhiasan emas dan perak yang bermutu tinggi. Di sini kita juga bisa membeli langsung perhiasan-perhiasan di etalase yang dipajang langsung di workshop para seniman.
Prapen, sebuah tempat yang berlokasi di Celuk juga, menyediakan kerajinan emas dan perak dengan design lebih dan kualitas yang terjamin. ali!
c. Jayapura
Kampung Asei Jayapura, Surganya Pelukis Kulit Kayu
Kampung Asei Besar yang terletak di Kabupaten Jayapura-Papua adalah surga
bagi pelukis kulit kayu. Pasalnya, kampung yang berpenduduk sekitar 75 kepala
keluarga ini memiliki tradisi melukis di atas kulit kayu, tidak terkecuali kaum
muda dan anak kecil.Salah satu pelukis kulit kayu setempat, Corry Ohee (54) menuturkan tradisi melukis di atas kulit kayu telah dimulai sejak tahun 1600-an.
Tradisi ini sempat punah dengan perkembangan jaman kelengkapan hidup, misalnya berbagai busana dalam bahasa setempat disebut malo beralih ke bahan dasar kain dan tekstil lainnya.
“Namun pada tahun 1975, antropolog asli Papua, Arnold Ap dan Danielo Constantino Ayamiseba menggerakkan kembali tradisi mengukir atau melukis kulit kayu, ukiran asli Suku Asei dan hingga saat ini trasisi tersebut masih terus dilanjutkan, hingga diperkenalkan ke manca negara seperti di sejumlah negara di Eropa,” ujarnya kepada Liputan6.com, saat berkunjung ke pulau tersebut, Kamis (11/9/2014).
Bahkan sejumlah lukisan asli kulit kayu miliki Suku Asei masih tersimpan rapi di sejumlah museum besar di daratan Eropa.
Salah satu budayawan berkebangsaan Eropa, Prof Jac Hoogerbruge berhasil mengumpulkan foto-foto lukisan tersebut di sejumlah negara Eropa dan membuat buku tentang lukisan kulit kayu itu.
4.
PENGRAJIN KACA
a.
Klaten jawa tengah
Bagi sebagian besar masyarakat, pecahan kaca jelas tak berguna. Bahkan jenis
limbah satu ini tergolong benda berbahaya. Tetapi bagi para perajin di Desa
Troso, Kecamatan Karanganom, Klaten, Jawa Tengah, limbah kaca justru bisa
disulap menjadi aneka kerajinan tangan yang sangat menarik dan bernilai tinggi.
Bahkan sejumlah produk dari limbah kaca ini telah mampu menembus pasar
mancanegara.Dengan ketelitian dan keterampilan khusus, keping demi keping kaca ternyata bisa disusun sedemikian rupa, menjadi aneka kerajinan tangan yang sangat menarik.
Antara lain tempat tisu, tempat makanan kecil, bermacam perabotan rumah tangga, dan lampu hias warna warni. Produk yang disebut terakhir bahkan kini telah mampu menembus pasar manca negara. Selain rangkaian kaca yang unik dan menarik, torehan seni batik di atas kaca menambah nilai tersendiri. Perajin limbah kaca mematok variasi harga antara Rp20 ribu hingga Rp300 ribu per unit kerajinan, tergantung besar kecil dan kerumitan pengerjaannya.
b. Yogyakarta
Seorang pemuda dari kecamatan Wirobrajan,
Yogyakarta, menyulap limbah kaca menjadi sebuah karya seni bernilai
tinggi.
Dengan teknik flameworking, menjadikan
Ivan Bestari Minar Pradipta, (33), satu-satunya perajin di Yogyakarta yang
memanfaatkan limbah
kaca.
Karena hal itu pula, workshopnya yang beralamat
di Pakuncen, Wirobrajan, RT 37 RW 8, nomor 265 sering dikunjungi mahasiswa
untuk penelitian ataupun dijadikan tempat untuk berkarya bersama.
Ivan, tak pelit membagi ilmunya kepada siapapun
yang mau belajar. Hal itu dilakukannya karena ia juga mendapat ilmu tersebut
dari Sunaryo, ahli pembuat tabung reaksi dari Condongcatur, Depok Sleman.
Kini, ilmu yang ia dapat dari Sunaryo,
diaplikasikannya ke sebuah karya dengan ciri khas tersendiri. Lebih spesifik
lagi, Ivan saat ini khusus membuat kerajinan yang bertema glass networking.
Produknya berupa jaring-jaring kaca yang dibentuk
sedemikan rupa, bisa berupa perhiasan, ataupun pajangan dengan rupa
jaring-jaring.
Untuk menghasilkan karya
tersebut, ia mengumpulkan limbah kaca dari sampah perajin kaca patri. Langkah
itu dilakukannya agar ia tidak ketergantungan dengan produsen bahan, dalam hal
ini adalah kaca.
c. Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah
Pengrajin
Kaca di Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah
(Berita
Daerah – Boyolali) Seorang pekerja mematri susunan kaca saat memproduksi
kerajinan kaca untuk hiasan lampu di Tegalgiri, Nogosari, Boyolali, Jawa
Tengah, Sabtu (4/4). Perajin memanfaatkan limbah kaca yang sudah tidak terpakai
sebagai bahan dasar kerajinan kaca seperti tempat tisu, hiasan lampu, tempat
makanan, dan berbagai jenis miniatur yang dipasarkan ke beberapa daerah seperi
Medan, Sumatra, Jakarta, Solo, Surabaya, dengan harga Rp. 15 ribu hingga Rp. 2
juta rupiah tergantung bentuk ukuran dan kesulitan pembuatan
5. Pengrajin
logam
a.
Boyolali
Industri Kerajinan Logam Cepogo, Boyolali
Desa Cepogo, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali Jawa Tengah sudah berpuluh-puluh tahun lamanya dikenal sebagai sentra produksi kerajinan logam tembaga dan kuningan. Produknya pun sudah sejak lama dikenal kalangan konsumen, tidak hanya konsumen domestik tetapi juga konsumen luar negeri.Popularitas industri kerajinan logam Cepogo, Boyolali di mata kalangan konsumen itu bisa dicapai berkat keuletan, ketelatenan dan kerja keras serta sentuhan seni bernilai tinggi dari para perajin barang logam di daerah tersebut.
Berbagai barang kerajinan logam berbahan baku kuningan dan tembaga itu dapat ditemukan dalam bentuk barang kebutuhan sehari-hari seperti peralatan masak memasak, washtafel, bathtub, baki/nampan, wadah buah-buahan segar, tempat lilin dan lain-lain hingga produk hiasan interior, patung dari logam, hiasan dinding, lukisan mozaik logam tempa dan lain-lain. Banyak diantara pengusaha kerajinan logam tempa hand made dari kuningan dan tembaga di Cepogo, Boyolali yang sudah memiliki konsumen tetap di berbagai kota besar di tanah air. Bahkan, sejumlah perajin karya seni logam Cepogo juga ada yang sudah memiliki pelanggan tetap di luar negeri.
Sayangnya, gonjang-ganjing harga logam dasar seperti tembaga dan kuningan yang terjadi akhir-akhir ini menjadi batu sandungan yang sangat serius bagi kelangsungan industri kerajinan logam di wilayah Cepogo dan sekitarnya. Padahal bahan logam itu merupakan bahan baku utama bagi industri kerajinan logam Cepogo. Lonjakan harga logam yang dipicu oleh kenaikan harga komoditi logam di pasar dunia itu tampaknya tidak bisa diajak kompromi lagi sehingga jatuhnya korban berupa kolapsnya sejumlah pelaku industri kerajinan logam di Cepogo sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi
b.
Bali klungkung
Kerajinan Logam di Kabupaten Klungkung
Seni kerajinan logam merupakan salah satu
ekspresi budaya masyarakat Bali yang telah ditekuni sejak zaman Bali
kuna. Aktivitas rutinitas membuat kerajinan logam ini termuat dalam prasasti Bulian
yang tersimpan di Desa Banu Bwah, mencatat beberapa peralatan yang terbuat diri
bahan logam seperti kris (keris), wadung (kapak), linggis
(alat pencongkel), lukai (sabit), sasap (semacam tajak),
dan zirah (Kurug). Bahkan dalam prasasti juga dimuat pande mas,
pande besi, dan pande tembaga. (Tista, 1986: 99).
Keterampilan membuat kerajinan logam ini, adalah warisan leluhur yang
pada saat ini masih ditekuni oleh perajin yang keberadaannya tersebar di daerah
pedesaan atau kecamatan yang ada di Bali. Salah satunya adalah Kabupaten
Klungkung terabadikan perajin-perajin yang memiliki keterampilan membuat
kerajinan dari bahan logam.
Secara garis besar seni kerajinan logam di daerah
Klungkung terdiri dari kerajinan pande besi, kerajinan kuningan serta kerajinan
mas dan perak. Kerajinan pande besi lebih banyak memproduksi produk
perlengkapan peralatan rumah tangga. Namun ada juga beberapa pande besi di
daerah Kusamba kecamatan Dawan Klungkung yang khusus memproduksi keris.
Sementara untuk kerajinan kuningan, mas dan perak lebih banyak berkembang di
daerah Kamasan, dan desa Budaga. Macam dan jenis produk yang dihasilkan
beraneka ragam. Khususnya di lingkungan Banjar Pande desa Kamasan,
perajin lebih banyak memproduksi produk kerajinan perak berupa peralatan
upacara keagamaan seperti, bokor, sangku, wanci, payung pagut, dan
lain-lain.
Daerah-daerah yang merupakan sentra seni
kerajinan logam dan industri-industri kecil lainnya, telah memberikan sumbangan
esensial bagi pengayaan dan pelestarian identitas budaya bangsa. Seni
kerajinan logam sebagai ungkapan kreativitas budaya masyarakat telah memberikan
peluang bagi masyarakat di daerah Klungkung untuk bergerak, mencipta,
memelihara, menularkan, dan mengembangkan keahliannya, dengan menciptakan
bentuk-bentuk produk baru. Produk-produk kerajinan yang diproduksi sebagian
besar diperuntukkan untuk sarana upacara adat keagamaan.